The page you've requested can't be found. Why don't you browse around?
Take me backMauris lacus dolor, ultricies vel sodales ac, egestas vel eros.
Tingkatan Sabuk Pencak Silat Perguruan Lugay Kancana
Sistem sabuk di Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana dirancang untuk memberikan panduan yang jelas dalam perkembangan kemampuan setiap pesilat, mulai dari pemula hingga tingkat mahir. Sabuk tidak hanya berfungsi sebagai tanda prestasi, tetapi juga sebagai simbol tanggung jawab, kedisiplinan, dan komitmen seorang pesilat dalam mempelajari dan melestarikan seni bela diri tradisional Pencak Silat.
Berikut adalah jenis sabuk tingkat di Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana:
Tingkatan Sabuk: Setiap sabuk (selain putih) memiliki tiga tingkat (kecuali sabuk coklat yang memiliki lima tingkat), yang ditandai dengan strip. Pesilat harus melalui ujian untuk setiap tingkat, di mana mereka akan dinilai berdasarkan teknik, ketahanan, dan pemahaman mereka terhadap seni bela diri Pencak Silat.
Sabuk Coklat ke Hitam: Sebelum mencapai sabuk hitam, seorang pesilat harus melalui lima strip coklat yang masing-masing menunjukkan kemajuan dalam teknik dan keahlian mereka. Setelah menyelesaikan lima strip coklat, pesilat akan siap untuk mengikuti ujian sabuk hitam.
Kesabaran dan Ketekunan: Kenaikan sabuk bukan hanya didasarkan pada penguasaan teknik, tetapi juga kesabaran, kedisiplinan, dan pengabdian terhadap perguruan. Setiap pesilat diharapkan tidak hanya meningkatkan kemampuan fisiknya, tetapi juga mengembangkan sikap yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Sistem Pembelajaran yang Terstruktur: Setiap tingkatan sabuk didesain untuk memberikan gambaran yang jelas tentang perjalanan seorang pesilat dalam menguasai Pencak Silat, sekaligus memastikan bahwa mereka siap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
Pelatihan Holistik: Selain aspek teknik, setiap tingkat juga melibatkan pembelajaran filosofi Pencak Silat, etika, dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan sistem sabuk yang terstruktur ini, Perguruan Lugay Kancana tidak hanya melatih pesilat menjadi ahli bela diri, tetapi juga membentuk karakter dan sikap yang terpuji dalam diri setiap pesilat. Sabuk menjadi simbol keberhasilan, namun yang lebih penting adalah proses panjang yang dilalui untuk mencapainya.
Visi:
“Menjadi perguruan Pencak Silat yang unggul dan berwawasan global dalam melestarikan seni bela diri tradisional, menginspirasi generasi muda untuk berprestasi, dan menanamkan nilai-nilai moral serta budaya bangsa yang luhur.”
Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya:
Pembentukan Karakter dan Moral:
Peningkatan Kompetensi dan Prestasi:
Kebersamaan dan Solidaritas:
Pemberdayaan Generasi Muda:
Promosi Budaya dan Bela Diri:
Keselarasan dengan Alam dan Spiritualitas:
Janji Pesilat Senior Lugay Kancana
1. Kami, pesilat Lugay Kancana, berjanji untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan kehormatan.
2. Kami akan berlatih dengan tekun, menghormati guru, rekan, dan tradisi perguruan.
3. Kami berkomitmen untuk menggunakan ilmu Pencak Silat hanya untuk kebaikan dan keadilan.
4. Kami siap menjaga persaudaraan, melindungi yang lemah, dan menjadi teladan dalam sikap dan perbuatan.
5. Kami berjanji untuk setia pada Lugay Kancana dan mengharumkan nama perguruan di mana pun berada.
"Kami Pesilat Lugay Kancana, Berjiwa Pendekar Sejati!"
Sejarah Singkat Pencak Silat di Nusantara
Pencak Silat adalah seni bela diri tradisional yang berkembang di Nusantara dan memiliki akar budaya yang sangat mendalam. Seni ini diperkirakan telah ada sejak zaman prasejarah, dengan bukti berupa relief pada candi-candi kuno seperti Candi Prambanan dan Borobudur yang menggambarkan gerakan bertarung dan teknik bela diri.
Perkembangan Awal
Pada awalnya, Pencak Silat digunakan oleh masyarakat untuk melindungi diri dari serangan binatang buas atau ancaman dari luar. Setiap daerah di Nusantara mengembangkan gaya dan jurus khasnya sendiri yang dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, dan kepercayaan setempat. Misalnya, gerakan yang meniru alam seperti "Jurus Harimau" di Sumatera atau "Silat Cimande" di Jawa Barat.
Pengaruh Budaya dan Agama
Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, Pencak Silat mendapat pengaruh kuat dari nilai-nilai spiritual. Dalam tradisi Islam, seni bela diri ini diselaraskan dengan ajaran tasawuf dan filosofi kehidupan, sehingga melahirkan pendekatan spiritual dalam pelatihan dan aplikasinya.
Kolonialisme dan Perlawanan
Pada masa penjajahan, Pencak Silat menjadi salah satu alat perjuangan rakyat dalam melawan penjajah. Para pendekar menggunakan seni bela diri ini tidak hanya untuk bertempur, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan perlawanan terhadap penindasan.
Modernisasi dan Organisasi
Pada abad ke-20, Pencak Silat mulai diorganisir dalam bentuk perguruan. Organisasi seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) didirikan pada tahun 1948 untuk menyatukan berbagai aliran dan perguruan di Indonesia. Selain itu, Pencak Silat diakui oleh UNESCO pada tahun 2019 sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, menegaskan posisinya sebagai bagian integral dari identitas budaya Indonesia.
Warisan dan Penyebaran
Saat ini, Pencak Silat tidak hanya menjadi seni bela diri tetapi juga sebuah warisan budaya yang dipelajari di berbagai negara di dunia. Seni ini terus berkembang, menginspirasi generasi muda untuk menjaga tradisi sekaligus membawa nama Nusantara ke panggung internasional.
Pencak Silat adalah perpaduan antara seni, spiritualitas, dan bela diri yang mencerminkan kekayaan budaya dan nilai luhur masyarakat Nusantara.
Profil Guru Besar Lugay Kancana: Dodi Suhada Akum
Nama: Suhada Akum
Tanggal Lahir: 27 Mei 1980
Tempat Lahir: Jakarta
Pendidikan Terakhir:
Lulusan SMAN 2 Purwakarta
Melanjutkan studi di bidang Teknologi Informasi (IT) (polibisnis Perdana Mandiri)
Riwayat Hidup dan Karir:
Suhada Akum dibesarkan di Purwakarta, di mana ia meneruskan perjuangan melestarikan seni budaya pencak silat melalui Padepokan Lugay Kancana yang diwariskan oleh kakeknya, Abah Ating Suprihat. Dengan dedikasi tinggi terhadap seni bela diri tradisional, ia telah mengukir banyak prestasi dan peran penting dalam dunia pencak silat, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Beberapa posisi penting yang pernah dijabat:
1. Wakil Ketua DPD PPSI (Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia) periode 2019.
2. Ketua Umum Federasi Pencak Silat Tradisi Indonesia (FPSTI) periode 2019-2023 wilayah Jawa Barat.
Selain itu, Suhada Akum juga dikenal sebagai seorang perumus kurikulum pencak silat tradisi di sekolah-sekolah. Bersama tokoh-tokoh pencak silat lainnya, seperti Abah Agus Dadang Hermawan, Ketua Padepokan Meong Sempur, ia menginisiasi penerapan seni bela diri tradisional sebagai bagian dari pembelajaran formal di dunia pendidikan.
Pada tahun 2024, Suhada Akum mendirikan Asosiasi Pencak Silat Nusantara (APN), sebuah organisasi yang bertujuan untuk menyatukan berbagai perguruan pencak silat di seluruh Indonesia, memperkuat eksistensi seni bela diri tradisional di kancah nasional dan internasional.
Sebagai tokoh pencak silat yang dihormati, Suhada Akum terus menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya pencak silat sebagai warisan leluhur yang bernilai tinggi.
Tata Tertib Dalam Latihan di Perguruan Lugay Kancana
1. Sopan Santun dan Etika:
Para pesilat diwajibkan meminta izin kepada kakak pelatih, senior yang lebih tua, atau pengurus perguruan sebelum melakukan suatu perbuatan seperti makan, minum, atau pergi ke tempat lain seperti kamar mandi atau warung.
Contoh: "Kang/Teh, izin makan."
Tujuan aturan ini adalah untuk mendidik para pesilat agar lebih mengutamakan adab dan etika dalam setiap tindakan yang dilakukan.
2. Kebersamaan:
Saat memasuki waktu istirahat, para pesilat diwajibkan duduk melingkar sambil membawa makanan atau snack yang mereka bawa atau beli.
Makanan tersebut dimakan secara estafet atau bergantian.
Tujuan aturan ini adalah agar semua pesilat dapat merasakan apa yang pesilat lain rasakan, sehingga tercipta rasa kebersamaan dan saling berbagi di antara para pesilat.
3. Kedisiplinan:
Pesilat diharuskan hadir tepat waktu untuk setiap sesi latihan. Keterlambatan tanpa alasan yang jelas tidak akan ditoleransi.
Setiap pesilat diharapkan mempersiapkan perlengkapan latihan mereka sebelum sesi dimulai untuk menghindari gangguan saat latihan berlangsung.
4. Kebersihan dan Kerapihan:
Setiap pesilat bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan area latihan. Sampah harus dibuang pada tempatnya, dan perlengkapan latihan harus dirapikan setelah digunakan.
Pesilat diharuskan mengenakan seragam yang bersih dan rapi setiap kali latihan untuk mencerminkan sikap profesional dan penghormatan terhadap perguruan.
5. Saling Menghormati:
Setiap pesilat harus menghormati pelatih dan sesama pesilat. Ini termasuk mendengarkan dengan seksama saat pelatih memberikan instruksi dan tidak mengganggu latihan rekan lainnya.
Setiap bentuk perilaku yang tidak sopan atau merendahkan tidak akan ditoleransi dan dapat mengakibatkan sanksi.
6. Kerjasama:
Pesilat diharapkan untuk bekerja sama dan membantu satu sama lain selama latihan. Ini termasuk membantu rekan yang kesulitan dan memberikan dukungan moral.
Dalam kegiatan kelompok, setiap pesilat harus berpartisipasi aktif dan berkontribusi demi keberhasilan bersama.
Adanya tata tertib ini diharapkan dapat membentuk karakter para pesilat yang beretika, disiplin, dan menghargai kebersamaan dalam setiap kegiatan di perguruan.
Pelatihan pencak silat tradisional bagi anak-anak usia dini memiliki berbagai tujuan penting dalam pembentukan mental, karakter, dan nilai-nilai spiritual. Berikut ini beberapa tujuannya:
1. Membentuk Mental yang Kuat: Pencak silat merupakan seni bela diri yang mengajarkan anak-anak untuk menghadapi berbagai tantangan dan hambatan Dan Keuletan dalam berlatih. Latihan ini membantu mereka membangun mental yang kuat dan ketahanan dalam menghadapi situasi sulit.
2. Membangun Karakter: Pelatihan pencak silat juga membantu membentuk karakter anak-anak. Melalui latihan ini, mereka belajar tentang disiplin, tanggung jawab, kerja keras, dan rasa hormat terhadap orang lain.
3. Meningkatkan Kesehatan Fisik: Pencak silat melibatkan berbagai gerakan fisik yang membantu memperkuat tubuh dan meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas,Konsentrasi dan koordinasi.
4. Membangun Spiritual: Dalam pencak silat, ada aspek spiritual yang juga diajarkan. Anak-anak belajar tentang meditasi, merasakan kehadiran Tuhan, dan nilai-nilai seperti kejujuran, kesetiaan, dan pengabdian.
5. Menghargai Budaya: Pencak silat adalah bagian dari budaya Indonesia. Melalui pelatihan ini, anak-anak belajar untuk menghargai dan memahami warisan budaya mereka.
6. Meningkatkan Rasa Percaya Diri: Melalui pencak silat, anak-anak dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Mereka belajar untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain, yang pada gilirannya membantu mereka merasa lebih percaya diri dan aman.
Dengan demikian, pelatihan pencak silat tradisional bagi anak-anak usia dini memiliki peran penting dalam pembentukan mental, karakter, dan nilai-nilai spiritual mereka. Ini membantu mereka tumbuh menjadi individu yang seimbang, kuat, dan berbudi luhur.
Pencak Silat, seni bela diri tradisional Indonesia, tidak hanya menjadi sebuah teknik bertarung, tetapi juga menjadi wahana untuk menggali nilai-nilai spiritual agama. Dalam setiap jurus dan gerakannya, terdapat pesan-pesan filosofis yang mengandung doa, amalan, dan nilai-nilai dari ayat suci Al-Quran.
Leluhur jaman dulu mengajarkan bahwa setiap gerakan dalam Pencak Silat haruslah diiringi dengan doa dan keinginan yang tulus. Hal ini mencerminkan keyakinan bahwa kekuatan fisik semata tidaklah cukup untuk mencapai kemenangan sejati. Dengan memadukan gerakan fisik dan spiritual, seorang praktisi Pencak Silat dapat mencapai keseimbangan yang harmonis dalam dirinya.
Di dalam Al-Quran, terdapat nilai-nilai dan ajaran yang senantiasa dipegang teguh oleh para pejuang Pencak Silat. Dari penegasan akan pentingnya kejujuran dan keadilan hingga petuah untuk tetap bersabar dan tawakal, semua nilai ini tercermin dalam setiap gerakan yang dilakukan. Bahkan saat berpuasa, praktisi Pencak Silat belajar untuk mengendalikan diri dan menemukan kekuatan dalam kesederhanaan.
Pencak Silat bukan sekadar tentang teknik bertarung, namun juga sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan keuletan, kekuatan, dan kebijaksanaan. Dengan menghayati setiap gerakan yang dilakukan, praktisi Pencak Silat memperoleh pelajaran berharga tentang keselarasan antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
Dengan demikian, Pencak Silat menjadi sebuah seni bela diri yang memperkaya jiwa dan memperkuat iman. Lewat nilai-nilai spiritual agama yang terkandung dalam setiap jurusnya, Pencak Silat tidak saja menciptakan pejuang yang tangguh secara fisik, tetapi juga manusia yang bijaksana dan bertakwa. Seperti yang diajarkan oleh leluhur kita, Pencak Silat adalah perpaduan yang indah antara gerakan fisik dan nilai-nilai spiritual yang mencerahkan.
Sumpah Janji Pesilat Lugay Kancana
Nama istilah Tingkatan dalam beladiri pencak silat tradisional Lugay Kancana mengikuti urutan berikut yang diambil dari bahasa sangsakerta sunda buhun
1. Ksatria Wira Kancana
Merupakan tingkatan awal dalam pencak silat Lugay Kancana. Ksatria Wira Kancana melambangkan keberanian dan semangat seorang prajurit yang siap menghadapi tantangan.
2. Jaka Sancaya Kancana
Sebuah tingkatan yang mencerminkan keahlian dan kecakapan seorang pesilat dalam mengelola tenaga, kelincahan, dan kecepatan gerakan. Jaka Sancaya Kancana melambangkan perpaduan antara kekuatan dan kegesitan dalam bertarung.
3. Bhumi Jayengrat Kancana
Di tingkatan ini, seorang pesilat telah memperdalam pengetahuan, keterampilan, serta kedisiplinan dalam praktik pencak silat Lugay Kancana. Bhumi Jayengrat Kancana melambangkan kesempurnaan dalam menguasai teknik-teknik dasar.
4. Tunggalaneta Kancana
Pada tingkatan ini, seorang pesilat telah memperdalam pemahaman tentang keseimbangan dan energi dalam setiap gerakan pencak silat Lugay Kancana. Tunggalaneta Kancana melambangkan harmoni dan kesatuan antara tubuh dan pikiran.
5. Patrajaya Kancana
Di tingkatan ini, seorang pesilat telah mencapai puncak kemahirannya dalam menerapkan strategi dan taktik dalam bertarung. Patrajaya Kancana melambangkan kemenangan dan kejayaan yang diperoleh melalui ketelitian dan kecerdikan.
6. Wiraguru Kancana
Tingkatan ini mencerminkan seorang pesilat yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan dan kedewasaan dalam pencak silat Lugay Kancana. Wiraguru Kancana melambangkan seorang guru yang bijaksana dan berpengalaman dalam mengajarkan serta mengembangkan ilmu beladiri kepada generasi muda.
7. Sang Aji Kancana
Merupakan tingkatan tertinggi dalam pencak silat Lugay Kancana. Sang Aji Kancana melambangkan sosok puncak, yang telah menguasai dan memahami segala aspek serta esensi dari ilmu beladiri ini. Seorang pesilat dengan gelar Sang Aji Kancana sangat dihormati dan dianggap sebagai pahlawan dalam dunia pencak silat Lugay Kancana.
Makna Logo Perguruan Lugay Kancana
1. Padi
Padi melambangkan kemakmuran, kesederhanaan, dan kerendahan hati. Filosofi padi yang semakin berisi semakin merunduk mencerminkan sikap pesilat yang penuh kesadaran akan pentingnya ilmu, serta selalu rendah hati meskipun sudah memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan.
2. Lingkaran Tasbih
Lingkaran tasbih melambangkan spiritualitas, kesucian, dan kedekatan dengan Tuhan. Tasbih menjadi simbol bahwa setiap langkah, gerakan, dan perjuangan seorang pesilat Lugay Kancana senantiasa disertai dengan doa dan penghayatan terhadap nilai-nilai agama serta spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kujang
Kujang, senjata tradisional khas Sunda, melambangkan keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan hati. Sebagai simbol, kujang menggambarkan kemampuan untuk melindungi dan menjaga tradisi, serta keberanian untuk menghadapi berbagai tantangan dengan bijaksana dan tegas.
4. Harimau
Harimau melambangkan kekuatan, ketangguhan, dan kewaspadaan. Dengan kekuatan fisik dan mental yang dimilikinya, harimau menjadi simbol semangat juang yang tidak mudah menyerah, dan pesilat Lugay Kancana harus mampu bersikap seperti harimau: berani, cekatan, dan tangguh.
5. Bintang Berjumlah 9
Bintang yang berjumlah 9 melambangkan kesempurnaan dan pencapaian yang tinggi. Angka 9 dalam budaya Indonesia sering dikaitkan dengan kebijaksanaan dan kekuatan spiritual. Setiap bintang menggambarkan 9 nilai luhur yang dipegang teguh oleh perguruan: keimanan, keberanian, disiplin, tanggung jawab, kejujuran, persatuan, rasa hormat, kekeluargaan, dan kedamaian.
6. Lingkaran Dasar Putih
Lingkaran putih melambangkan kesucian, ketulusan hati, dan niat murni dalam setiap tindakan. Warna putih juga merepresentasikan kesatuan dan harmoni dalam komunitas, yang menunjukkan bahwa setiap anggota perguruan memiliki tujuan yang sama untuk berlatih, berkembang, dan menjaga kebersamaan.
7. Pita Biru bertuliskan Lugay Kancana
Pita biru menggambarkan kedamaian, ketenangan, dan stabilitas. Biru juga mengandung makna kesetiaan dan kepercayaan. Tulisan "Lugay Kancana" menunjukkan identitas perguruan yang kuat, penuh kebanggaan, dan memancarkan semangat untuk terus berkembang, berprestasi, dan menjaga nama baik dalam setiap aktivitas.
Dengan simbol-simbol ini, logo Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana mengandung filosofi yang mendalam tentang keseimbangan antara kekuatan fisik, spiritualitas, dan nilai-nilai moral yang harus dijunjung oleh setiap pesilat dalam perjalanan mereka.
Tingkatan Sabuk Pencak Silat Perguruan Lugay Kancana
Sistem sabuk di Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana dirancang untuk memberikan panduan yang jelas dalam perkembangan kemampuan setiap pesilat, mulai dari pemula hingga tingkat mahir. Sabuk tidak hanya berfungsi sebagai tanda prestasi, tetapi juga sebagai simbol tanggung jawab, kedisiplinan, dan komitmen seorang pesilat dalam mempelajari dan melestarikan seni bela diri tradisional Pencak Silat.
Berikut adalah jenis sabuk tingkat di Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana:
Tingkatan Sabuk: Setiap sabuk (selain putih) memiliki tiga tingkat (kecuali sabuk coklat yang memiliki lima tingkat), yang ditandai dengan strip. Pesilat harus melalui ujian untuk setiap tingkat, di mana mereka akan dinilai berdasarkan teknik, ketahanan, dan pemahaman mereka terhadap seni bela diri Pencak Silat.
Sabuk Coklat ke Hitam: Sebelum mencapai sabuk hitam, seorang pesilat harus melalui lima strip coklat yang masing-masing menunjukkan kemajuan dalam teknik dan keahlian mereka. Setelah menyelesaikan lima strip coklat, pesilat akan siap untuk mengikuti ujian sabuk hitam.
Kesabaran dan Ketekunan: Kenaikan sabuk bukan hanya didasarkan pada penguasaan teknik, tetapi juga kesabaran, kedisiplinan, dan pengabdian terhadap perguruan. Setiap pesilat diharapkan tidak hanya meningkatkan kemampuan fisiknya, tetapi juga mengembangkan sikap yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Sistem Pembelajaran yang Terstruktur: Setiap tingkatan sabuk didesain untuk memberikan gambaran yang jelas tentang perjalanan seorang pesilat dalam menguasai Pencak Silat, sekaligus memastikan bahwa mereka siap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
Pelatihan Holistik: Selain aspek teknik, setiap tingkat juga melibatkan pembelajaran filosofi Pencak Silat, etika, dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan sistem sabuk yang terstruktur ini, Perguruan Lugay Kancana tidak hanya melatih pesilat menjadi ahli bela diri, tetapi juga membentuk karakter dan sikap yang terpuji dalam diri setiap pesilat. Sabuk menjadi simbol keberhasilan, namun yang lebih penting adalah proses panjang yang dilalui untuk mencapainya.
Visi:
“Menjadi perguruan Pencak Silat yang unggul dan berwawasan global dalam melestarikan seni bela diri tradisional, menginspirasi generasi muda untuk berprestasi, dan menanamkan nilai-nilai moral serta budaya bangsa yang luhur.”
Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya:
Pembentukan Karakter dan Moral:
Peningkatan Kompetensi dan Prestasi:
Kebersamaan dan Solidaritas:
Pemberdayaan Generasi Muda:
Promosi Budaya dan Bela Diri:
Keselarasan dengan Alam dan Spiritualitas:
Janji Pesilat Senior Lugay Kancana
1. Kami, pesilat Lugay Kancana, berjanji untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan kehormatan.
2. Kami akan berlatih dengan tekun, menghormati guru, rekan, dan tradisi perguruan.
3. Kami berkomitmen untuk menggunakan ilmu Pencak Silat hanya untuk kebaikan dan keadilan.
4. Kami siap menjaga persaudaraan, melindungi yang lemah, dan menjadi teladan dalam sikap dan perbuatan.
5. Kami berjanji untuk setia pada Lugay Kancana dan mengharumkan nama perguruan di mana pun berada.
"Kami Pesilat Lugay Kancana, Berjiwa Pendekar Sejati!"
Sejarah Singkat Pencak Silat di Nusantara
Pencak Silat adalah seni bela diri tradisional yang berkembang di Nusantara dan memiliki akar budaya yang sangat mendalam. Seni ini diperkirakan telah ada sejak zaman prasejarah, dengan bukti berupa relief pada candi-candi kuno seperti Candi Prambanan dan Borobudur yang menggambarkan gerakan bertarung dan teknik bela diri.
Perkembangan Awal
Pada awalnya, Pencak Silat digunakan oleh masyarakat untuk melindungi diri dari serangan binatang buas atau ancaman dari luar. Setiap daerah di Nusantara mengembangkan gaya dan jurus khasnya sendiri yang dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, dan kepercayaan setempat. Misalnya, gerakan yang meniru alam seperti "Jurus Harimau" di Sumatera atau "Silat Cimande" di Jawa Barat.
Pengaruh Budaya dan Agama
Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, Pencak Silat mendapat pengaruh kuat dari nilai-nilai spiritual. Dalam tradisi Islam, seni bela diri ini diselaraskan dengan ajaran tasawuf dan filosofi kehidupan, sehingga melahirkan pendekatan spiritual dalam pelatihan dan aplikasinya.
Kolonialisme dan Perlawanan
Pada masa penjajahan, Pencak Silat menjadi salah satu alat perjuangan rakyat dalam melawan penjajah. Para pendekar menggunakan seni bela diri ini tidak hanya untuk bertempur, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan perlawanan terhadap penindasan.
Modernisasi dan Organisasi
Pada abad ke-20, Pencak Silat mulai diorganisir dalam bentuk perguruan. Organisasi seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) didirikan pada tahun 1948 untuk menyatukan berbagai aliran dan perguruan di Indonesia. Selain itu, Pencak Silat diakui oleh UNESCO pada tahun 2019 sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, menegaskan posisinya sebagai bagian integral dari identitas budaya Indonesia.
Warisan dan Penyebaran
Saat ini, Pencak Silat tidak hanya menjadi seni bela diri tetapi juga sebuah warisan budaya yang dipelajari di berbagai negara di dunia. Seni ini terus berkembang, menginspirasi generasi muda untuk menjaga tradisi sekaligus membawa nama Nusantara ke panggung internasional.
Pencak Silat adalah perpaduan antara seni, spiritualitas, dan bela diri yang mencerminkan kekayaan budaya dan nilai luhur masyarakat Nusantara.
Profil Guru Besar Lugay Kancana: Dodi Suhada Akum
Nama: Suhada Akum
Tanggal Lahir: 27 Mei 1980
Tempat Lahir: Jakarta
Pendidikan Terakhir:
Lulusan SMAN 2 Purwakarta
Melanjutkan studi di bidang Teknologi Informasi (IT) (polibisnis Perdana Mandiri)
Riwayat Hidup dan Karir:
Suhada Akum dibesarkan di Purwakarta, di mana ia meneruskan perjuangan melestarikan seni budaya pencak silat melalui Padepokan Lugay Kancana yang diwariskan oleh kakeknya, Abah Ating Suprihat. Dengan dedikasi tinggi terhadap seni bela diri tradisional, ia telah mengukir banyak prestasi dan peran penting dalam dunia pencak silat, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Beberapa posisi penting yang pernah dijabat:
1. Wakil Ketua DPD PPSI (Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia) periode 2019.
2. Ketua Umum Federasi Pencak Silat Tradisi Indonesia (FPSTI) periode 2019-2023 wilayah Jawa Barat.
Selain itu, Suhada Akum juga dikenal sebagai seorang perumus kurikulum pencak silat tradisi di sekolah-sekolah. Bersama tokoh-tokoh pencak silat lainnya, seperti Abah Agus Dadang Hermawan, Ketua Padepokan Meong Sempur, ia menginisiasi penerapan seni bela diri tradisional sebagai bagian dari pembelajaran formal di dunia pendidikan.
Pada tahun 2024, Suhada Akum mendirikan Asosiasi Pencak Silat Nusantara (APN), sebuah organisasi yang bertujuan untuk menyatukan berbagai perguruan pencak silat di seluruh Indonesia, memperkuat eksistensi seni bela diri tradisional di kancah nasional dan internasional.
Sebagai tokoh pencak silat yang dihormati, Suhada Akum terus menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya pencak silat sebagai warisan leluhur yang bernilai tinggi.
Tata Tertib Dalam Latihan di Perguruan Lugay Kancana
1. Sopan Santun dan Etika:
Para pesilat diwajibkan meminta izin kepada kakak pelatih, senior yang lebih tua, atau pengurus perguruan sebelum melakukan suatu perbuatan seperti makan, minum, atau pergi ke tempat lain seperti kamar mandi atau warung.
Contoh: "Kang/Teh, izin makan."
Tujuan aturan ini adalah untuk mendidik para pesilat agar lebih mengutamakan adab dan etika dalam setiap tindakan yang dilakukan.
2. Kebersamaan:
Saat memasuki waktu istirahat, para pesilat diwajibkan duduk melingkar sambil membawa makanan atau snack yang mereka bawa atau beli.
Makanan tersebut dimakan secara estafet atau bergantian.
Tujuan aturan ini adalah agar semua pesilat dapat merasakan apa yang pesilat lain rasakan, sehingga tercipta rasa kebersamaan dan saling berbagi di antara para pesilat.
3. Kedisiplinan:
Pesilat diharuskan hadir tepat waktu untuk setiap sesi latihan. Keterlambatan tanpa alasan yang jelas tidak akan ditoleransi.
Setiap pesilat diharapkan mempersiapkan perlengkapan latihan mereka sebelum sesi dimulai untuk menghindari gangguan saat latihan berlangsung.
4. Kebersihan dan Kerapihan:
Setiap pesilat bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan area latihan. Sampah harus dibuang pada tempatnya, dan perlengkapan latihan harus dirapikan setelah digunakan.
Pesilat diharuskan mengenakan seragam yang bersih dan rapi setiap kali latihan untuk mencerminkan sikap profesional dan penghormatan terhadap perguruan.
5. Saling Menghormati:
Setiap pesilat harus menghormati pelatih dan sesama pesilat. Ini termasuk mendengarkan dengan seksama saat pelatih memberikan instruksi dan tidak mengganggu latihan rekan lainnya.
Setiap bentuk perilaku yang tidak sopan atau merendahkan tidak akan ditoleransi dan dapat mengakibatkan sanksi.
6. Kerjasama:
Pesilat diharapkan untuk bekerja sama dan membantu satu sama lain selama latihan. Ini termasuk membantu rekan yang kesulitan dan memberikan dukungan moral.
Dalam kegiatan kelompok, setiap pesilat harus berpartisipasi aktif dan berkontribusi demi keberhasilan bersama.
Adanya tata tertib ini diharapkan dapat membentuk karakter para pesilat yang beretika, disiplin, dan menghargai kebersamaan dalam setiap kegiatan di perguruan.
Pelatihan pencak silat tradisional bagi anak-anak usia dini memiliki berbagai tujuan penting dalam pembentukan mental, karakter, dan nilai-nilai spiritual. Berikut ini beberapa tujuannya:
1. Membentuk Mental yang Kuat: Pencak silat merupakan seni bela diri yang mengajarkan anak-anak untuk menghadapi berbagai tantangan dan hambatan Dan Keuletan dalam berlatih. Latihan ini membantu mereka membangun mental yang kuat dan ketahanan dalam menghadapi situasi sulit.
2. Membangun Karakter: Pelatihan pencak silat juga membantu membentuk karakter anak-anak. Melalui latihan ini, mereka belajar tentang disiplin, tanggung jawab, kerja keras, dan rasa hormat terhadap orang lain.
3. Meningkatkan Kesehatan Fisik: Pencak silat melibatkan berbagai gerakan fisik yang membantu memperkuat tubuh dan meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas,Konsentrasi dan koordinasi.
4. Membangun Spiritual: Dalam pencak silat, ada aspek spiritual yang juga diajarkan. Anak-anak belajar tentang meditasi, merasakan kehadiran Tuhan, dan nilai-nilai seperti kejujuran, kesetiaan, dan pengabdian.
5. Menghargai Budaya: Pencak silat adalah bagian dari budaya Indonesia. Melalui pelatihan ini, anak-anak belajar untuk menghargai dan memahami warisan budaya mereka.
6. Meningkatkan Rasa Percaya Diri: Melalui pencak silat, anak-anak dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Mereka belajar untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain, yang pada gilirannya membantu mereka merasa lebih percaya diri dan aman.
Dengan demikian, pelatihan pencak silat tradisional bagi anak-anak usia dini memiliki peran penting dalam pembentukan mental, karakter, dan nilai-nilai spiritual mereka. Ini membantu mereka tumbuh menjadi individu yang seimbang, kuat, dan berbudi luhur.
Pencak Silat, seni bela diri tradisional Indonesia, tidak hanya menjadi sebuah teknik bertarung, tetapi juga menjadi wahana untuk menggali nilai-nilai spiritual agama. Dalam setiap jurus dan gerakannya, terdapat pesan-pesan filosofis yang mengandung doa, amalan, dan nilai-nilai dari ayat suci Al-Quran.
Leluhur jaman dulu mengajarkan bahwa setiap gerakan dalam Pencak Silat haruslah diiringi dengan doa dan keinginan yang tulus. Hal ini mencerminkan keyakinan bahwa kekuatan fisik semata tidaklah cukup untuk mencapai kemenangan sejati. Dengan memadukan gerakan fisik dan spiritual, seorang praktisi Pencak Silat dapat mencapai keseimbangan yang harmonis dalam dirinya.
Di dalam Al-Quran, terdapat nilai-nilai dan ajaran yang senantiasa dipegang teguh oleh para pejuang Pencak Silat. Dari penegasan akan pentingnya kejujuran dan keadilan hingga petuah untuk tetap bersabar dan tawakal, semua nilai ini tercermin dalam setiap gerakan yang dilakukan. Bahkan saat berpuasa, praktisi Pencak Silat belajar untuk mengendalikan diri dan menemukan kekuatan dalam kesederhanaan.
Pencak Silat bukan sekadar tentang teknik bertarung, namun juga sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan keuletan, kekuatan, dan kebijaksanaan. Dengan menghayati setiap gerakan yang dilakukan, praktisi Pencak Silat memperoleh pelajaran berharga tentang keselarasan antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
Dengan demikian, Pencak Silat menjadi sebuah seni bela diri yang memperkaya jiwa dan memperkuat iman. Lewat nilai-nilai spiritual agama yang terkandung dalam setiap jurusnya, Pencak Silat tidak saja menciptakan pejuang yang tangguh secara fisik, tetapi juga manusia yang bijaksana dan bertakwa. Seperti yang diajarkan oleh leluhur kita, Pencak Silat adalah perpaduan yang indah antara gerakan fisik dan nilai-nilai spiritual yang mencerahkan.
Sumpah Janji Pesilat Lugay Kancana
Nama istilah Tingkatan dalam beladiri pencak silat tradisional Lugay Kancana mengikuti urutan berikut yang diambil dari bahasa sangsakerta sunda buhun
1. Ksatria Wira Kancana
Merupakan tingkatan awal dalam pencak silat Lugay Kancana. Ksatria Wira Kancana melambangkan keberanian dan semangat seorang prajurit yang siap menghadapi tantangan.
2. Jaka Sancaya Kancana
Sebuah tingkatan yang mencerminkan keahlian dan kecakapan seorang pesilat dalam mengelola tenaga, kelincahan, dan kecepatan gerakan. Jaka Sancaya Kancana melambangkan perpaduan antara kekuatan dan kegesitan dalam bertarung.
3. Bhumi Jayengrat Kancana
Di tingkatan ini, seorang pesilat telah memperdalam pengetahuan, keterampilan, serta kedisiplinan dalam praktik pencak silat Lugay Kancana. Bhumi Jayengrat Kancana melambangkan kesempurnaan dalam menguasai teknik-teknik dasar.
4. Tunggalaneta Kancana
Pada tingkatan ini, seorang pesilat telah memperdalam pemahaman tentang keseimbangan dan energi dalam setiap gerakan pencak silat Lugay Kancana. Tunggalaneta Kancana melambangkan harmoni dan kesatuan antara tubuh dan pikiran.
5. Patrajaya Kancana
Di tingkatan ini, seorang pesilat telah mencapai puncak kemahirannya dalam menerapkan strategi dan taktik dalam bertarung. Patrajaya Kancana melambangkan kemenangan dan kejayaan yang diperoleh melalui ketelitian dan kecerdikan.
6. Wiraguru Kancana
Tingkatan ini mencerminkan seorang pesilat yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan dan kedewasaan dalam pencak silat Lugay Kancana. Wiraguru Kancana melambangkan seorang guru yang bijaksana dan berpengalaman dalam mengajarkan serta mengembangkan ilmu beladiri kepada generasi muda.
7. Sang Aji Kancana
Merupakan tingkatan tertinggi dalam pencak silat Lugay Kancana. Sang Aji Kancana melambangkan sosok puncak, yang telah menguasai dan memahami segala aspek serta esensi dari ilmu beladiri ini. Seorang pesilat dengan gelar Sang Aji Kancana sangat dihormati dan dianggap sebagai pahlawan dalam dunia pencak silat Lugay Kancana.
Makna Logo Perguruan Lugay Kancana
1. Padi
Padi melambangkan kemakmuran, kesederhanaan, dan kerendahan hati. Filosofi padi yang semakin berisi semakin merunduk mencerminkan sikap pesilat yang penuh kesadaran akan pentingnya ilmu, serta selalu rendah hati meskipun sudah memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan.
2. Lingkaran Tasbih
Lingkaran tasbih melambangkan spiritualitas, kesucian, dan kedekatan dengan Tuhan. Tasbih menjadi simbol bahwa setiap langkah, gerakan, dan perjuangan seorang pesilat Lugay Kancana senantiasa disertai dengan doa dan penghayatan terhadap nilai-nilai agama serta spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kujang
Kujang, senjata tradisional khas Sunda, melambangkan keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan hati. Sebagai simbol, kujang menggambarkan kemampuan untuk melindungi dan menjaga tradisi, serta keberanian untuk menghadapi berbagai tantangan dengan bijaksana dan tegas.
4. Harimau
Harimau melambangkan kekuatan, ketangguhan, dan kewaspadaan. Dengan kekuatan fisik dan mental yang dimilikinya, harimau menjadi simbol semangat juang yang tidak mudah menyerah, dan pesilat Lugay Kancana harus mampu bersikap seperti harimau: berani, cekatan, dan tangguh.
5. Bintang Berjumlah 9
Bintang yang berjumlah 9 melambangkan kesempurnaan dan pencapaian yang tinggi. Angka 9 dalam budaya Indonesia sering dikaitkan dengan kebijaksanaan dan kekuatan spiritual. Setiap bintang menggambarkan 9 nilai luhur yang dipegang teguh oleh perguruan: keimanan, keberanian, disiplin, tanggung jawab, kejujuran, persatuan, rasa hormat, kekeluargaan, dan kedamaian.
6. Lingkaran Dasar Putih
Lingkaran putih melambangkan kesucian, ketulusan hati, dan niat murni dalam setiap tindakan. Warna putih juga merepresentasikan kesatuan dan harmoni dalam komunitas, yang menunjukkan bahwa setiap anggota perguruan memiliki tujuan yang sama untuk berlatih, berkembang, dan menjaga kebersamaan.
7. Pita Biru bertuliskan Lugay Kancana
Pita biru menggambarkan kedamaian, ketenangan, dan stabilitas. Biru juga mengandung makna kesetiaan dan kepercayaan. Tulisan "Lugay Kancana" menunjukkan identitas perguruan yang kuat, penuh kebanggaan, dan memancarkan semangat untuk terus berkembang, berprestasi, dan menjaga nama baik dalam setiap aktivitas.
Dengan simbol-simbol ini, logo Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana mengandung filosofi yang mendalam tentang keseimbangan antara kekuatan fisik, spiritualitas, dan nilai-nilai moral yang harus dijunjung oleh setiap pesilat dalam perjalanan mereka.
Tingkatan Sabuk Pencak Silat Perguruan Lugay Kancana
Sistem sabuk di Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana dirancang untuk memberikan panduan yang jelas dalam perkembangan kemampuan setiap pesilat, mulai dari pemula hingga tingkat mahir. Sabuk tidak hanya berfungsi sebagai tanda prestasi, tetapi juga sebagai simbol tanggung jawab, kedisiplinan, dan komitmen seorang pesilat dalam mempelajari dan melestarikan seni bela diri tradisional Pencak Silat.
Berikut adalah jenis sabuk tingkat di Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana:
Tingkatan Sabuk: Setiap sabuk (selain putih) memiliki tiga tingkat (kecuali sabuk coklat yang memiliki lima tingkat), yang ditandai dengan strip. Pesilat harus melalui ujian untuk setiap tingkat, di mana mereka akan dinilai berdasarkan teknik, ketahanan, dan pemahaman mereka terhadap seni bela diri Pencak Silat.
Sabuk Coklat ke Hitam: Sebelum mencapai sabuk hitam, seorang pesilat harus melalui lima strip coklat yang masing-masing menunjukkan kemajuan dalam teknik dan keahlian mereka. Setelah menyelesaikan lima strip coklat, pesilat akan siap untuk mengikuti ujian sabuk hitam.
Kesabaran dan Ketekunan: Kenaikan sabuk bukan hanya didasarkan pada penguasaan teknik, tetapi juga kesabaran, kedisiplinan, dan pengabdian terhadap perguruan. Setiap pesilat diharapkan tidak hanya meningkatkan kemampuan fisiknya, tetapi juga mengembangkan sikap yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Sistem Pembelajaran yang Terstruktur: Setiap tingkatan sabuk didesain untuk memberikan gambaran yang jelas tentang perjalanan seorang pesilat dalam menguasai Pencak Silat, sekaligus memastikan bahwa mereka siap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
Pelatihan Holistik: Selain aspek teknik, setiap tingkat juga melibatkan pembelajaran filosofi Pencak Silat, etika, dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan sistem sabuk yang terstruktur ini, Perguruan Lugay Kancana tidak hanya melatih pesilat menjadi ahli bela diri, tetapi juga membentuk karakter dan sikap yang terpuji dalam diri setiap pesilat. Sabuk menjadi simbol keberhasilan, namun yang lebih penting adalah proses panjang yang dilalui untuk mencapainya.
Visi:
“Menjadi perguruan Pencak Silat yang unggul dan berwawasan global dalam melestarikan seni bela diri tradisional, menginspirasi generasi muda untuk berprestasi, dan menanamkan nilai-nilai moral serta budaya bangsa yang luhur.”
Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya:
Pembentukan Karakter dan Moral:
Peningkatan Kompetensi dan Prestasi:
Kebersamaan dan Solidaritas:
Pemberdayaan Generasi Muda:
Promosi Budaya dan Bela Diri:
Keselarasan dengan Alam dan Spiritualitas:
Janji Pesilat Senior Lugay Kancana
1. Kami, pesilat Lugay Kancana, berjanji untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan kehormatan.
2. Kami akan berlatih dengan tekun, menghormati guru, rekan, dan tradisi perguruan.
3. Kami berkomitmen untuk menggunakan ilmu Pencak Silat hanya untuk kebaikan dan keadilan.
4. Kami siap menjaga persaudaraan, melindungi yang lemah, dan menjadi teladan dalam sikap dan perbuatan.
5. Kami berjanji untuk setia pada Lugay Kancana dan mengharumkan nama perguruan di mana pun berada.
"Kami Pesilat Lugay Kancana, Berjiwa Pendekar Sejati!"
Sejarah Singkat Pencak Silat di Nusantara
Pencak Silat adalah seni bela diri tradisional yang berkembang di Nusantara dan memiliki akar budaya yang sangat mendalam. Seni ini diperkirakan telah ada sejak zaman prasejarah, dengan bukti berupa relief pada candi-candi kuno seperti Candi Prambanan dan Borobudur yang menggambarkan gerakan bertarung dan teknik bela diri.
Perkembangan Awal
Pada awalnya, Pencak Silat digunakan oleh masyarakat untuk melindungi diri dari serangan binatang buas atau ancaman dari luar. Setiap daerah di Nusantara mengembangkan gaya dan jurus khasnya sendiri yang dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, dan kepercayaan setempat. Misalnya, gerakan yang meniru alam seperti "Jurus Harimau" di Sumatera atau "Silat Cimande" di Jawa Barat.
Pengaruh Budaya dan Agama
Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, Pencak Silat mendapat pengaruh kuat dari nilai-nilai spiritual. Dalam tradisi Islam, seni bela diri ini diselaraskan dengan ajaran tasawuf dan filosofi kehidupan, sehingga melahirkan pendekatan spiritual dalam pelatihan dan aplikasinya.
Kolonialisme dan Perlawanan
Pada masa penjajahan, Pencak Silat menjadi salah satu alat perjuangan rakyat dalam melawan penjajah. Para pendekar menggunakan seni bela diri ini tidak hanya untuk bertempur, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan perlawanan terhadap penindasan.
Modernisasi dan Organisasi
Pada abad ke-20, Pencak Silat mulai diorganisir dalam bentuk perguruan. Organisasi seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) didirikan pada tahun 1948 untuk menyatukan berbagai aliran dan perguruan di Indonesia. Selain itu, Pencak Silat diakui oleh UNESCO pada tahun 2019 sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, menegaskan posisinya sebagai bagian integral dari identitas budaya Indonesia.
Warisan dan Penyebaran
Saat ini, Pencak Silat tidak hanya menjadi seni bela diri tetapi juga sebuah warisan budaya yang dipelajari di berbagai negara di dunia. Seni ini terus berkembang, menginspirasi generasi muda untuk menjaga tradisi sekaligus membawa nama Nusantara ke panggung internasional.
Pencak Silat adalah perpaduan antara seni, spiritualitas, dan bela diri yang mencerminkan kekayaan budaya dan nilai luhur masyarakat Nusantara.
Profil Guru Besar Lugay Kancana: Dodi Suhada Akum
Nama: Suhada Akum
Tanggal Lahir: 27 Mei 1980
Tempat Lahir: Jakarta
Pendidikan Terakhir:
Lulusan SMAN 2 Purwakarta
Melanjutkan studi di bidang Teknologi Informasi (IT) (polibisnis Perdana Mandiri)
Riwayat Hidup dan Karir:
Suhada Akum dibesarkan di Purwakarta, di mana ia meneruskan perjuangan melestarikan seni budaya pencak silat melalui Padepokan Lugay Kancana yang diwariskan oleh kakeknya, Abah Ating Suprihat. Dengan dedikasi tinggi terhadap seni bela diri tradisional, ia telah mengukir banyak prestasi dan peran penting dalam dunia pencak silat, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Beberapa posisi penting yang pernah dijabat:
1. Wakil Ketua DPD PPSI (Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia) periode 2019.
2. Ketua Umum Federasi Pencak Silat Tradisi Indonesia (FPSTI) periode 2019-2023 wilayah Jawa Barat.
Selain itu, Suhada Akum juga dikenal sebagai seorang perumus kurikulum pencak silat tradisi di sekolah-sekolah. Bersama tokoh-tokoh pencak silat lainnya, seperti Abah Agus Dadang Hermawan, Ketua Padepokan Meong Sempur, ia menginisiasi penerapan seni bela diri tradisional sebagai bagian dari pembelajaran formal di dunia pendidikan.
Pada tahun 2024, Suhada Akum mendirikan Asosiasi Pencak Silat Nusantara (APN), sebuah organisasi yang bertujuan untuk menyatukan berbagai perguruan pencak silat di seluruh Indonesia, memperkuat eksistensi seni bela diri tradisional di kancah nasional dan internasional.
Sebagai tokoh pencak silat yang dihormati, Suhada Akum terus menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya pencak silat sebagai warisan leluhur yang bernilai tinggi.
Tata Tertib Dalam Latihan di Perguruan Lugay Kancana
1. Sopan Santun dan Etika:
Para pesilat diwajibkan meminta izin kepada kakak pelatih, senior yang lebih tua, atau pengurus perguruan sebelum melakukan suatu perbuatan seperti makan, minum, atau pergi ke tempat lain seperti kamar mandi atau warung.
Contoh: "Kang/Teh, izin makan."
Tujuan aturan ini adalah untuk mendidik para pesilat agar lebih mengutamakan adab dan etika dalam setiap tindakan yang dilakukan.
2. Kebersamaan:
Saat memasuki waktu istirahat, para pesilat diwajibkan duduk melingkar sambil membawa makanan atau snack yang mereka bawa atau beli.
Makanan tersebut dimakan secara estafet atau bergantian.
Tujuan aturan ini adalah agar semua pesilat dapat merasakan apa yang pesilat lain rasakan, sehingga tercipta rasa kebersamaan dan saling berbagi di antara para pesilat.
3. Kedisiplinan:
Pesilat diharuskan hadir tepat waktu untuk setiap sesi latihan. Keterlambatan tanpa alasan yang jelas tidak akan ditoleransi.
Setiap pesilat diharapkan mempersiapkan perlengkapan latihan mereka sebelum sesi dimulai untuk menghindari gangguan saat latihan berlangsung.
4. Kebersihan dan Kerapihan:
Setiap pesilat bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan area latihan. Sampah harus dibuang pada tempatnya, dan perlengkapan latihan harus dirapikan setelah digunakan.
Pesilat diharuskan mengenakan seragam yang bersih dan rapi setiap kali latihan untuk mencerminkan sikap profesional dan penghormatan terhadap perguruan.
5. Saling Menghormati:
Setiap pesilat harus menghormati pelatih dan sesama pesilat. Ini termasuk mendengarkan dengan seksama saat pelatih memberikan instruksi dan tidak mengganggu latihan rekan lainnya.
Setiap bentuk perilaku yang tidak sopan atau merendahkan tidak akan ditoleransi dan dapat mengakibatkan sanksi.
6. Kerjasama:
Pesilat diharapkan untuk bekerja sama dan membantu satu sama lain selama latihan. Ini termasuk membantu rekan yang kesulitan dan memberikan dukungan moral.
Dalam kegiatan kelompok, setiap pesilat harus berpartisipasi aktif dan berkontribusi demi keberhasilan bersama.
Adanya tata tertib ini diharapkan dapat membentuk karakter para pesilat yang beretika, disiplin, dan menghargai kebersamaan dalam setiap kegiatan di perguruan.
Pelatihan pencak silat tradisional bagi anak-anak usia dini memiliki berbagai tujuan penting dalam pembentukan mental, karakter, dan nilai-nilai spiritual. Berikut ini beberapa tujuannya:
1. Membentuk Mental yang Kuat: Pencak silat merupakan seni bela diri yang mengajarkan anak-anak untuk menghadapi berbagai tantangan dan hambatan Dan Keuletan dalam berlatih. Latihan ini membantu mereka membangun mental yang kuat dan ketahanan dalam menghadapi situasi sulit.
2. Membangun Karakter: Pelatihan pencak silat juga membantu membentuk karakter anak-anak. Melalui latihan ini, mereka belajar tentang disiplin, tanggung jawab, kerja keras, dan rasa hormat terhadap orang lain.
3. Meningkatkan Kesehatan Fisik: Pencak silat melibatkan berbagai gerakan fisik yang membantu memperkuat tubuh dan meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas,Konsentrasi dan koordinasi.
4. Membangun Spiritual: Dalam pencak silat, ada aspek spiritual yang juga diajarkan. Anak-anak belajar tentang meditasi, merasakan kehadiran Tuhan, dan nilai-nilai seperti kejujuran, kesetiaan, dan pengabdian.
5. Menghargai Budaya: Pencak silat adalah bagian dari budaya Indonesia. Melalui pelatihan ini, anak-anak belajar untuk menghargai dan memahami warisan budaya mereka.
6. Meningkatkan Rasa Percaya Diri: Melalui pencak silat, anak-anak dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Mereka belajar untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain, yang pada gilirannya membantu mereka merasa lebih percaya diri dan aman.
Dengan demikian, pelatihan pencak silat tradisional bagi anak-anak usia dini memiliki peran penting dalam pembentukan mental, karakter, dan nilai-nilai spiritual mereka. Ini membantu mereka tumbuh menjadi individu yang seimbang, kuat, dan berbudi luhur.
Pencak Silat, seni bela diri tradisional Indonesia, tidak hanya menjadi sebuah teknik bertarung, tetapi juga menjadi wahana untuk menggali nilai-nilai spiritual agama. Dalam setiap jurus dan gerakannya, terdapat pesan-pesan filosofis yang mengandung doa, amalan, dan nilai-nilai dari ayat suci Al-Quran.
Leluhur jaman dulu mengajarkan bahwa setiap gerakan dalam Pencak Silat haruslah diiringi dengan doa dan keinginan yang tulus. Hal ini mencerminkan keyakinan bahwa kekuatan fisik semata tidaklah cukup untuk mencapai kemenangan sejati. Dengan memadukan gerakan fisik dan spiritual, seorang praktisi Pencak Silat dapat mencapai keseimbangan yang harmonis dalam dirinya.
Di dalam Al-Quran, terdapat nilai-nilai dan ajaran yang senantiasa dipegang teguh oleh para pejuang Pencak Silat. Dari penegasan akan pentingnya kejujuran dan keadilan hingga petuah untuk tetap bersabar dan tawakal, semua nilai ini tercermin dalam setiap gerakan yang dilakukan. Bahkan saat berpuasa, praktisi Pencak Silat belajar untuk mengendalikan diri dan menemukan kekuatan dalam kesederhanaan.
Pencak Silat bukan sekadar tentang teknik bertarung, namun juga sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan keuletan, kekuatan, dan kebijaksanaan. Dengan menghayati setiap gerakan yang dilakukan, praktisi Pencak Silat memperoleh pelajaran berharga tentang keselarasan antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
Dengan demikian, Pencak Silat menjadi sebuah seni bela diri yang memperkaya jiwa dan memperkuat iman. Lewat nilai-nilai spiritual agama yang terkandung dalam setiap jurusnya, Pencak Silat tidak saja menciptakan pejuang yang tangguh secara fisik, tetapi juga manusia yang bijaksana dan bertakwa. Seperti yang diajarkan oleh leluhur kita, Pencak Silat adalah perpaduan yang indah antara gerakan fisik dan nilai-nilai spiritual yang mencerahkan.
Sumpah Janji Pesilat Lugay Kancana
Nama istilah Tingkatan dalam beladiri pencak silat tradisional Lugay Kancana mengikuti urutan berikut yang diambil dari bahasa sangsakerta sunda buhun
1. Ksatria Wira Kancana
Merupakan tingkatan awal dalam pencak silat Lugay Kancana. Ksatria Wira Kancana melambangkan keberanian dan semangat seorang prajurit yang siap menghadapi tantangan.
2. Jaka Sancaya Kancana
Sebuah tingkatan yang mencerminkan keahlian dan kecakapan seorang pesilat dalam mengelola tenaga, kelincahan, dan kecepatan gerakan. Jaka Sancaya Kancana melambangkan perpaduan antara kekuatan dan kegesitan dalam bertarung.
3. Bhumi Jayengrat Kancana
Di tingkatan ini, seorang pesilat telah memperdalam pengetahuan, keterampilan, serta kedisiplinan dalam praktik pencak silat Lugay Kancana. Bhumi Jayengrat Kancana melambangkan kesempurnaan dalam menguasai teknik-teknik dasar.
4. Tunggalaneta Kancana
Pada tingkatan ini, seorang pesilat telah memperdalam pemahaman tentang keseimbangan dan energi dalam setiap gerakan pencak silat Lugay Kancana. Tunggalaneta Kancana melambangkan harmoni dan kesatuan antara tubuh dan pikiran.
5. Patrajaya Kancana
Di tingkatan ini, seorang pesilat telah mencapai puncak kemahirannya dalam menerapkan strategi dan taktik dalam bertarung. Patrajaya Kancana melambangkan kemenangan dan kejayaan yang diperoleh melalui ketelitian dan kecerdikan.
6. Wiraguru Kancana
Tingkatan ini mencerminkan seorang pesilat yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan dan kedewasaan dalam pencak silat Lugay Kancana. Wiraguru Kancana melambangkan seorang guru yang bijaksana dan berpengalaman dalam mengajarkan serta mengembangkan ilmu beladiri kepada generasi muda.
7. Sang Aji Kancana
Merupakan tingkatan tertinggi dalam pencak silat Lugay Kancana. Sang Aji Kancana melambangkan sosok puncak, yang telah menguasai dan memahami segala aspek serta esensi dari ilmu beladiri ini. Seorang pesilat dengan gelar Sang Aji Kancana sangat dihormati dan dianggap sebagai pahlawan dalam dunia pencak silat Lugay Kancana.
Makna Logo Perguruan Lugay Kancana
1. Padi
Padi melambangkan kemakmuran, kesederhanaan, dan kerendahan hati. Filosofi padi yang semakin berisi semakin merunduk mencerminkan sikap pesilat yang penuh kesadaran akan pentingnya ilmu, serta selalu rendah hati meskipun sudah memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan.
2. Lingkaran Tasbih
Lingkaran tasbih melambangkan spiritualitas, kesucian, dan kedekatan dengan Tuhan. Tasbih menjadi simbol bahwa setiap langkah, gerakan, dan perjuangan seorang pesilat Lugay Kancana senantiasa disertai dengan doa dan penghayatan terhadap nilai-nilai agama serta spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kujang
Kujang, senjata tradisional khas Sunda, melambangkan keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan hati. Sebagai simbol, kujang menggambarkan kemampuan untuk melindungi dan menjaga tradisi, serta keberanian untuk menghadapi berbagai tantangan dengan bijaksana dan tegas.
4. Harimau
Harimau melambangkan kekuatan, ketangguhan, dan kewaspadaan. Dengan kekuatan fisik dan mental yang dimilikinya, harimau menjadi simbol semangat juang yang tidak mudah menyerah, dan pesilat Lugay Kancana harus mampu bersikap seperti harimau: berani, cekatan, dan tangguh.
5. Bintang Berjumlah 9
Bintang yang berjumlah 9 melambangkan kesempurnaan dan pencapaian yang tinggi. Angka 9 dalam budaya Indonesia sering dikaitkan dengan kebijaksanaan dan kekuatan spiritual. Setiap bintang menggambarkan 9 nilai luhur yang dipegang teguh oleh perguruan: keimanan, keberanian, disiplin, tanggung jawab, kejujuran, persatuan, rasa hormat, kekeluargaan, dan kedamaian.
6. Lingkaran Dasar Putih
Lingkaran putih melambangkan kesucian, ketulusan hati, dan niat murni dalam setiap tindakan. Warna putih juga merepresentasikan kesatuan dan harmoni dalam komunitas, yang menunjukkan bahwa setiap anggota perguruan memiliki tujuan yang sama untuk berlatih, berkembang, dan menjaga kebersamaan.
7. Pita Biru bertuliskan Lugay Kancana
Pita biru menggambarkan kedamaian, ketenangan, dan stabilitas. Biru juga mengandung makna kesetiaan dan kepercayaan. Tulisan "Lugay Kancana" menunjukkan identitas perguruan yang kuat, penuh kebanggaan, dan memancarkan semangat untuk terus berkembang, berprestasi, dan menjaga nama baik dalam setiap aktivitas.
Dengan simbol-simbol ini, logo Perguruan Pencak Silat Lugay Kancana mengandung filosofi yang mendalam tentang keseimbangan antara kekuatan fisik, spiritualitas, dan nilai-nilai moral yang harus dijunjung oleh setiap pesilat dalam perjalanan mereka.
Welcome To Basil